Sunan Kalijogo..
Punokawan Petruk dan Bagong milik si admin. |
Di sore yang cerah, diteras rumah, seusai pulang macul dari sawah tetangga sebelah. Ki Lurah Petruk Kantong Bolong sedang santuy, menikmati teh manis hangat beserta bakwan ote ote pia pia bikinan istrinya tercinta. Sambil sesekali bikin postingan di facebook page yang dikelolanya, yakni FP Radar DJowo. Melalui smartphone terbarunya, iphone 13 pro max.
Baca juga:
>Perbaiki SHOLATMU, agar Allah Perbaiki Hidupmu !
>GANASNYA Utang Online 'FinTech'
>Berguru Pada Tukang PARKIR..
“Islam datang tidak mengubah aku menjadi ana, “ Gus Dur
“ Kalo jadi Islam jangan jadi Arab” Bung Karno
Begitulah tulis Petruk cukup singkat.
Tak berselang lama, adiknya si Bagong langsung ikut merespon postingan tersebut.
Bagong : “Kata kata iku multitafsir cak,”
Petruk : “Multitafsir ki sing pye to dek Bagong?”
Bagong: “ Ngeten cak, kata kata kedua tokoh diatas bagus, tapi orang awam bisa salah tafsir. Seakan yang Berbau Arab itu gak pantas. Padahal bukan begitu tujuan dari kata kata iku cak”
Petruk: “ Terus sing tepat pye, Gong?”
Bagong: “ Sampean wis tau mireng to cak, kisah’e poro Wali Songo biyen?
Poro wali biyen mengajarkan Islam di tanah Jowo memang bukan langsung memakai budaya budaya dari Arab. Tetapi dengan adaptasi budaya. Dari budaya Jawa yang sudah ada itu kemudian tidak dihilangkan, namun dilanjutkan, di modif, dan dimasukkan nilai nilai Islam.
Contoh, pengaruh adat Hindu di peringatan 7 hari, 40 hari, 100 hari itu masih dilanjutkan tapi doa doanya diganti dengan doa doa Islam.
Kanjeng Sunan Kalijogo, yang dulunya jadi wali karena niat awalnya begal[versi Gus Baha]. Kemudian melaksanakan dakwahnya dengan media Wayang Kulit. Dari epos Mahabarata India kemudian dirubah. Sampai kemudian dimasa terkini muncul banyak versi Wayang Santri. Oleh suwargi Ki Enthus Susmono, Allahummaghfirlahu warhamhu. . kemudian disanggit menjadi lakon Semar Wirid dan lain lain.
Kanjeng Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Muria kemudian berdakwah melalui tembang Mocopat, yang kesemuanya memiliki arti dan tujuan khusus.
Tumpeng, yang dulunya dipersembahkan kepada jin setan lelembut. Lalu diubah, tumpengnya masih, tapi diselingi doa doa Islam. Lalu tumpengnya tidak dibuang dibiarkan mubadzir, tapi dimakan bareng bareng poro sanak kadang tonggo teparo. Sebagai wujud syukuran.
Nah, yang lebih penting adalah, sebagai apa kita sekarang?
Kalau kita jadi wong Jowo dan jadi orang Islam maka wajib melaksanakan syariat Islam. Dalam artian, adat adat yang bertentangan dengan Islam maka wajib ditinggalkan. Semisal kepercayaan terhadap weton, juga soal hari baik dan buruk. Itu bisa masuk kategori syirik jika kita lebih percaya hal hal seperti itu.
Kedua, kalau anda jadi wong Jowo dan menganut kepercayaan Kejawen maka tidak perlu risih dengan adanya ajaran Islam. Anda pun juga berhak tetap melaksanakan sesuai apa yang anda percaya. Undang Undang Republik Indonesia menjamin Agama dan Kepercayaan anda.”
Petruk: “Weeee jebul ngunu yo dek Bagong, hakok panjang kali lebar cetho banget penjelasanmu..”